
Dipaksa Lepas Hijab Sebelum Naik Pesawat, Atlet Squash AS Ini Ajukan Hak-Hak Muslim
gomuslim.co.id - Seorang remaja Muslim yang bermain untuk tim nasional squash Amerika Serikat (AS), Fatima Abdelrahman (13 tahun), dipaksa melepas jilbabnya di depan umum sebelum naik pesawat Air Canada. Ia disuruh membuka jilbabnya oleh petugas maskapai di Bandara Internasional San Francisco, walaupun sudah melalui pemeriksaan keamanan.
Perempuan asal Santa Clara, California itu menyebut, petugas boarding Air Canada memintanya melepas jilbab setelah mencocokkan foto di paspor dengan penampilannya saat itu. Namun Fatima menolak membukanya dengan alasan menjaga aurat sebagai seorang muslimah.
Dalam laporan yang diajukan sebuah organisasi hak-hak muslim disebutkan, Fatima sebenarnya bersedia membuka jilbab asal di tempat tertutup. Namun petugas Air Canada menolak dan membawanya ke lorong, meskipun di tempat itu masih banyak orang berlalu lalang.
Di tempat itu jilbab Fatima dibuka. Namun petugas yang memeriksanya tidak melihat ke paspor, hanya sebatas menatap wajahnya saja. Setelah itu dia diperbolehkan masuk pesawat.
Baca juga:
Inilah Atlet Voli Berhijab yang Akan Berlaga di Asian Games 2018
"Pertama-tama, jilbab ini tidak menutupi wajah saya. Jadi meskipun di foto paspor saya mengenakan jilbab, Anda tetap masih bisa melihat wajah saya dan memastikan orang yang sama," kata Fatima, kepada stasiun televisi ABC7 baru-baru ini.
Fatima melihat orang lain menggunakan topi, tetapi mereka tidak diminta oleh petugas untuk melepasnya. "Tidak mencoba membandingkan antara syal dan topi. Jadi mengapa saya diminta untuk melepas jilbab, sementara mereka tidak? Jadi ya, saya merasa didiskriminasi," tuturnya lagi.
Fatima disuruh melepas jilbab sebelum naik pesawat ke Toronto karena ia tidak mengenakan jilbab di foto paspornya. Saat kejadian pada 1 Agustus lalu itu, ia masih berusia 12 tahun.
Dalam surat yang dikirim ke Air Canada, Council on American-Islamic Relations mengklaim bahwa Fatima telah menanyakan kemungkinan dia bisa melepas jilbabnya hanya di depan para staf perempuan. Namun, permintaan itu ditolak. Dia tetap disuruh untuk menanggalkan jilbabnya di sebuah terowongan, di depan penumpang lain dan rekan satu timnya.
Menurut Council on American-Islamic Relations, Air Canada telah melanggar peraturan federal dan hukum negara dengan memperlakukan penumpangnya seperti itu, Atas kejadian tersebut, Majelis menuntut agar Air Canada memberikan kompensasi finansial, permintaan maaf secara tertulis, dan menjatuhkan sanksi kepada staf yang terlibat.
Saudara perempuan Fatima, Sabreen Abdelrahman, melayangkan protesnya kepada Air Canada melalui Twitter.
"Tolong jelaskan mengapa Anda menarik saudara perempuan saya yang berusia 12 tahun untuk penerbangan 758 membuatnya melepas jilbabnya di pintu gerbang, setelah dia melewati keamanan?. Terima kasih telah merusak pengalamannya sebagai pemain squash tim nasional AS pertama yang berhijab dan pertama kali bepergian sendirian," tulis Sabreen di Twitter.
Menanggapi cuitan dari saudara Abdelrahman, Air Canada hanya mengungkapkan sebaris kalimat.
"Halo Sabreen, kami benar-benar menyesal mendengar tentang situasi ini dan kami tentu memahami keprihatinan Anda," tulis Air Canada.
Dewan Hubungan Islam-Amerika Kantor Wilayah San Francisco (CAIR-SFBA) pada akhir pekan ini juga mengajukan keluhan kepada Air Canada.
Koordinator Layanan Sipil & Hak Asasi Manusia CAIR-SFBA Ammad Rafiqi mengatakan, pihaknya akan memastikan bahwa di masa mendatang, Muslim yang bepergian menggunakan Air Canada atau maskapai lain tidak mendapat perlakuan diskriminatif karena agama dan menghormati keyakinan masing-masing.
"Kami berharap Air Canada menunjukkan tanggung jawab dengan mau duduk satu meja untuk memastikan Fatima mendapatkan semua hak-haknya yang telah dilanggar serta tekanan yang dialaminya," demikian bunyi pernyataan tersebut. (nov/dbs/inews)
Baca juga: