:
:
Khazanah
Jadi Prioritas Penguasa, Terjadi Bongkar Bangun dari Dinasti ke Dinasti

(gomuslim). Pembangunan Masjidil Haram terus dipacu seiring kebutuhan dan perkembangan zaman, dari masa ke masa dari pemerintahan satu ke yang lain. Jika pada zaman Khalifah Abu Bakar baru berupa garis pembatas kemudian dibuat bangunan berpagar semi permanen pada zaman Khalifah Umar, terus berlanjut hingga makin megah pada zaman dinasti Umayya yang berpusat di Damaskus yang memberi perhatian serius terhadap fasilitas ibadah umat Islam seluruh dunia ini.

Di antara pembangunan Masjidil Haram yang cukup signifikan berikutnya terjadi pada masa Kekhalifahan Bani Abbasyiyah, terutama pada tahun 137 H / 754 M pada masa Khalifah Abu Ja'far al Manshur al Abbas. Abu Ja'far al-Manshur menjabat khalifah kedua Bani Abbasiyah menggantikan saudaranya Abul Abbas As-Saffah.

Ia dikenal cerdas dan cekatan, cinta ilmu hingga memberikan dorongan dan kesempatan yang luas bagi cendekiawan untuk mengembangkan riset ilmu pengetahuan. Pada masanya terjadi penerjemahan buku-buku dari bahasa latin ke dalam bahasa Arab, yang menjadi bahasa internasional saat itu. Ilmu falak (astronomi) dan filsafat mulai digali dan dikembangkan di seluruh negeri, demikian juga ilmu fikih berkembang pesat.

Pada awal pemerintahannya, Khalifah Abu Ja'far al-Manshur meletakkan dasar-dasar kekuatan ekonomi dan keuangan negara dengan baik dan terkendali. Oleh sebab itu, tidak pernah terjadi defisit anggaran, kas negara selalu penuh, uang yang masuk lebih banyak daripada uang keluar.

Oleh karena itu, Khalifah Abu Ja’far al-Mansur mendapat julukan sebagai bapak pembangunan Bani Abbasyiyah, karena beliaulah sebenarnya untuk pertama kali yang membuat dan mengatur politik pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah. Jalur-jalur administrasi pemerintah mulai dari pusat sampai daerah-daerah ditata dengan baik antara kepala qadhi, kepala jawatan pajak, kepala polisi rahasia, dan kepala jawatan pos. Pemerintahan menjadi tertib dan lancar, kokoh, maju, dan berhasil membawa umat Islam ke masa kejayaan.

Ia juga memerintahkan untuk memugar Masjidil Haram yang lama kemudian dengan rancangan bangunan baru yang lebih luas dan kokoh bahkan menghiasi dengan emas dan mosaic. Saat itu kekuasaan Dinasti sedang kuat dan memiliki cadangan kekayaan yang besar sehingga dapat melaksanakan pembangunan Masjidil Haram secara besar-besaran.

Dalam catatan sejarah, Khalifah Abu Ja’far adalah orang pertama yang menutup Hijir Ismail dengan marmer hingga tampak kurang lebih seperti saat ini. Sebelumnya, Hijir Ismail yang merupakan bagian dalam dari Kakbah hanya diberi tanda batas dari tumpukan batu setengah lingkaran. Khalifah kemudian memperindah dengan menutup bagian luarnya dengan batuan marmer. Total penambahan luas bangunan pada masa ini diperkirakan ini seluas 4700 M2.

Beberapa tahun berikutnya, tepatnya pada tahun 160 H/ 776 M Khalifah al Mahdi memperluas Masjidil Harem dari arah Timur, Barat dan Utara. Ia tidak memperluas bagian Selatan disebabkan adanya jalan untuk air bah Wadi Ibrahim. Diperkirakan, perluasan ini mencapai 7950 M2.

Ketika Khalifah al Mahdi menunaikan haji tahun 164 H/ 780 M dia memerintahkan agar jalan air di wadi Ibrahim dipindah, dan memberluas bagian selatan sehingga Masjidil Haram menjadi segi empat, tambahan perluasan ini di perkirakan mencapai 2360m2. Kira-kira tambahan pada masa ini sudah menyerupai bagian terdepan Masjidil Haram yang menghadap ke arah Kakbah.

Dan di tahun 281 H/ 894 M Khalifah al Mu'tadhi Billahi memasukkan ‘Daar An Nadwah’ atau semacam gedung pertemuan yang terkenal sejak zaman Nabi itu ke dalam Masjidil Haram. Rumah ini cukup luas terletak di arah utara masjid, memiliki halaman yang luas, dahulunya biasa disinggahi oleh para khalifah dan gubernur, kemudian ditinggalkan, maka dimasukkanlah ke dalam masjid, di bangun di atasnya menara dan diramaikan dengan pilar-pilar dan kubah-kubah serta koridor-koridor, diatapi dengan kayu yang dihiasi.

Tambahan bagnunan pada masa ini diperkirakan seluas 1250m2 dan di tahun 306 H/ 918 M Khalifah al Muqtadir Billah al Abbasi memerintahkan agar menambah pintu Ibrahim di arah barat masjid, dahulunya adalah halaman yang luas di antara dua rumah Siti Zubaidah, luasnya diperkirakan 850m2.

 

 

Inilah renovasi dan renovasi berkesinambungan pada zaman Khalifah Bani Abbasyiyah yang tercatat dalam sejarah. Luas Masjidil Haram kala itu jauh lebih besar dibanding bangunan istana-istana yang dibuat para penguasa. Hal ini untuk memberi fasilitas kepada umat Islam dari berbagai penjuru dunia yang terus berdatangan.

Renovasi pada masa itu tergolong modern dan luar biasa sehingga setiap yang datang ke Mekkah pulang selalu membawa kekaguman. Pembangunan terus dijalankan seiring perkembangan zaman. (mm)

Responsive image
Other Article